Jumat, 13 April 2012

Konsep Dasar CIBI


Konsep Dasar CIBI[1]
Oleh Nugroho

a.   Pengantar
Membangun kesejahteraan & kejayaan bangsa ternyata tidak bisa mengandalkan kekayaan sumberdaya alam dan jumlah penduduk sebagai tenaga kerja murah. Indonesia yang punya sumberdaya alam berlimpah, tenaga kerja berjuta, tapi tidak bisa mencapai kesejahteraan dan kejayaan. Di lain pihak ada banyak negara yang sumberdaya alamnya sangat minim jumlah penduduknya  juga tidak banyak, namun bisa menjadi negara yang sejahtera bahkan dominan dalam merubah “peta” dunia.
Dunia hari ini dikendalikan oleh arus besar yang bernama “industry kreatif”. Berbagai penemuan baru menjadi penanda suburnya kreativitas di suatu negara dan hal tersebut menjadi sumber-sumber pendapatan negara; inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan knowledge based economy.
Dalam realitasnya industry kreatif dimotori oleh orang-orang berbakat di bidangnya. Itulah sebabnya, memfasilitasi perkembangan keberbakatan anak menjadi kebutuhan yang mutlak harus dipenuhi untuk mencapai kesejahteraan dan kejayaan bangsa. Dibanding negara lain dalam hal penyelenggaraan pendidikan untuk anak berbakat Indonesia tergolong ‘terlambat”.  Di Cina Dinasti Tang  tahun 618 SM – anak berbakat mendapat perhatian tinggi & Pelatihan - Pendidikan Khusus; Eropa menjelang abad Renaisance 1300 -1700 (Michelangelo, Leonardo da Vinci, Dante);Turki 1500 Masehi sekolah Constantinopel; Tokugawa Jepang 1604-1868; AS 1800 Thomas Jefferson; Soviet mencapai puncak tahun 1957; Indonesia 1974, 1982, 1994, 1999 sampai sekarang dengan berbagai pro dan kontra di kalangan pemerintah maupun di kalangan masyarakat.
Tujuan program CIBI adalah optimalisasi potensi keberbakatan peserta didik sehingga menjadi keunggulan nyata.
 CIBI adalah layanan pendidikan khusus untuk anak-anak berbakat istimewa yang dimaksudkan mampu mendorong percepatan manifestasi dan optimalisasi keberbakatan yang dimiliki oleh setiap siswa.

dari pabrik penggilingan kertas di Finlandia sampai menjadi pemimpin komunikasi global,


  1. Masalah
q  Pemahaman Konsep Keberbakatan
Sampai saat ini ada berbagai konsep tentang keberbakatan dan masing-masing pihak punya argument teoritik maupun empiric yang berbeda. Variabilitas pemahaman keberbakatan inilah yang menjadi salah satu sumber perbedaan praksis pendidikan CIBI
q  Implementasi Penyelenggaraan Program CIBI
Sampai saat ini masih banyak terjadi “variabilitas” (boleh dibaca: “penyimpangan”) penyelenggaraan program CIBI di berbagai wilayah. Bahkan sampai saat ini bekum ditemukan model empiric yang kokoh dalam penyelenggaraan program CIBI

  1. Pembahasan
c.1. Konsep Keberbakatan
Dari berbagai konsep keberkatan yang saat ini berkembang; ada dua konsep yang sangat lazim digunakan yakni model keberbakatan Renzulli (The Three Ring Renzulli), individu dikataakan  gifted adalah mereka yang mempunyai inteligensia di atas rata-rata (di atas 130); memiliki motivasi dan komitmen terhadap tugas yang tinggi; serta kreativitas yang tinggi. Indionesia menganut konsep ini dalam penuyelenggaraan pendidikan keberbakatan. Disamping konsep konsep yang diajukan Renzulli ada juga konsep keberbakatan yang merupakan perluasan dari konsep tersebut yang sering disebut Triadik Renzulli-Mönks (Yulia van Tiel, 2007).
Di masyarakat memang dikenal istilah gifted and talented. Istilah gifted ditujukan untuk orang, anak didik atau siswa yang memiliki kemampuan akademis (secara umum) yang tinggi, yang ditandai dengan didapatkannya skor IQ yang tinggi pada pengerjaan tes kecerdasan/intelegensi, sedangkan talented adalah ditujukan untuk orang yang memiliki kemampuan unggul dalam bidang akademis yang khusus (seperti matematika, bahasa), juga bidang seni, musik, dan drama. Jadi kalau gifted itu ditujukan untuk kemampuan akademis secara umum, sedangkan talented ditujukan untuk dua kemampuan unggul:
  • Bidang akademis khusus
  • Bidang non-akademis

c.2. Karakteristik AB
1. Kemampuan Akademik.
§  Anak berbakat memiliki kemampuan untuk menangkap infromasi secara cepat,
§  Mampu berpikir logis sistematis, memiliki daya ingat yang kuat, setia, tahan lama dan luas. Mampu berpikir krits, mampu menyusun hipotesis dan mengajukan pemecahan masalah secara cermat dan tepat.
§  Mampu mencapai prestasi belajar yang tinggi.


2. Kreativitas.
§  Anak berbakat memiliki kemampuan untuk merumuskan persoalan dari perspektif yang tidak lazim-luar biasa.
§  mampu menemukan pemecahan masalah dengan cara yang berbeda memiliki minat yang luas di berbagai bidang kehidupan, senang terhadap tantangan baru.
§  memiliki selera humor yang tinggi, berani mengambil resiko, dinamis dengan inisiatif  dan pemikiran yang original, memiliki coriousity yang  besar, berani mengajukan gagasan dan memberi argumentasi yang benar, tidak menyukai rutinitas.

3. Motivasi.
§  Anak  bebakat  cenderung disiplin dalam belajar, tidak cepat putus asa, ulet, tekun
§  mampu mengelola waktu secara efisien, memiliiki ambisi untuk berprestasi,
§   memiliki kelekatan terhadap tugas dan tanggung jawab yang tinggi, memiliki totalitas yang tanpa ragu dalam menjalankan tugas.

4. Kepribadian.
§    Memiliki rasa percaya diri yang tinggi,  mampu menjaga kestabilan emosi, tidak mudah terpengaruh.
§    Memiliki kecenderungan untuk tampil exellecent dalam setiap kesempatan, memiliki penyesuaian diri yang lentur,
§    Memiliki jiwa kepemimpinan tinggi, mantap dalam penampilan , sopan dalam penampilan, mampu bergaul dengan orang yang lebih dewasa.


d. Kebutuhan AB
1. Akademik – Intelektual.
§  Anak berbakat memiliki kebutuhan untuk memperoleh informasi baru yang menantang petualangan intelektual,
§  melakukan aktivitas untuk memperoleh penguasan kompetensi dasar, perbendaharaan kata teknis dan pengetahuan lanjut di bidang akademik yang menjadi keunggulannya, 
§  menjalin interaksi dengan tokoh-tokoh yang signifikan di bidangnya,
§  melakukan aktivitas yang dapat mengekspresikan ketrampilan berpikir induktif & deduktif,
§  mengkomunikasikan pengetahuannya dan terlibat dalam hal-hal yang menyangkut isu moral dan etika,  menetapkan tujuan belajar secara realistic menghargai individual differences.



2.Kreativitas.
§  Anak berbakat membutuhkan budaya kreatif (creativognic culture), kesempatan untuk mewujudkan imajinasi dan cita-cita tanpa batas waktu,
§  bimbingan dalam menerapkan keberbakatannya untuk tujuan social yang relevan,
§  butuh bantuan untuk mengenali situasi yang menempatkan konformitas sebagai nilai utama, butuh kebebasan untuk mengembangkan kreativitas

3. Kepemimpinan.
§  Belajar untuk menjadi pengikut dan pemimpin,
§  bimbingan untuk menerima pendekatan alternative yang bervariasi untuk mencapai suatu tujuan,
§  melakukan klarifikasi nilai-nilai personal dan prioritas nilai universal fundamental,
§   bantuan dalam mencapai kesadaran tentang hakekat  problem kemanusiaan yang kompleks dan multidimensional,

4. Sosial – Emosional.
  • Anak berbakat memerlukan bantuan dalam mencapai penerimaan social yang otentik,
  • menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan pihak lain,
  • memahami kondisi emosional diri sendiri dan orang lain, menjalin relasi social yang lebih hangat dan bermakna

d. Penyelenggaraan CIBI
Mencermati kkonsep keberbakatan dan kebutuhan individu di setiap perkembangan keberbakatan maka penyelenggaraan CIBI sejatinya memiliki tiga makna esensial.
Pertama, memberikan layanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan tumbuhkembang keberbakatan yang dimiliki setiap individu agar potensi keberbakatannya dapat manifest secara optimal. Jika hal ini berhasil maka individu-individu  akan menjadi orang-orang bermakn, orang-orang sukses di bidangnya. Dengan demikian mereka akan mampu memberikan sumbangan besar terhadap kemajuan, kajayaan dan kesejahteraan bangsa.
Kedua, menghindarkan terjadinya dampak negative atas terhambatnya tumbuhkembang keberbakatan siswa. Berdasarkan riset yang dilakukan Herry (1996) menemukan bahwa anak berbakat yang tidak mendapatkan layanan yang sesuai di sekolah cenderung melakukan berbagai perilaku “mengganggu” teman lain, dan juga potensial mengalami underachiever; bahka 22% siswa berbakat akhirnya tidak naik kelas. Penelitian Yaumil (1990)  juga menemukan bahwa 30 % anak berbakat di SMA  berprestasi di bawah kemampuan rata-rata potensinya. Fakta empiris tersebut jelas bahwa penyelenggaraan CIBI sangat dibutuhkan sebagai katub pengaman yang menghindarkan terjadinya dampak negatiof terkungkungnya bakat siswa.
Ketiga, menyiapkan generasi unggul sebagai garda depan persaingan era industri kreatif. Seperti dikatakan Drucker kekuatan pereknomian suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh kapasitas intelektual dan kreativitas warga negaranya. Hal senada juga dikatakan oleh Nonaka bahwa abad 21 keunggulan bangsa ditentukan oleh kemampuan dalam membangun knowledge based company. Modal capital perusahaan sudah bukan uang semata melainkan modal intelektual dan kreativitas. Abad 21 perekonomian dunia dikendalikan oleh kekuatan industri kreatif yang dibangun oleh orang-orang berbakat dengan kreativitas tinggi di berbagai bidang kehidupan.

e. Regulasi
Guna mewujudkan niat baik seperti tersebut di atas maka pemerintah merumuskan regulasi yang dijadikan rujukan penyelenggaraan  program CIBI sbb:

q  UU Sisdiknas No 30 Tahun 2003
q  Pasal 5 ayat 4:
§  Warga negara yg memiliki kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus
q  Pasal 12 ayat 1:
§  Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan  pendidikan sesuai dgn bakat, minat dan kemampuannya; menyelesaikan program pendidikan sesuai dgn kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yg ditetapkan
q  KepmenNo: 0487/U/1992  pasal 15 (Untuk SD)
§  Pelayanan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat diberikan melalui jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah
§  Pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki bakat istimewa dan keerdasan luar biasa melalui jalur pendidikan sekolah dapat diberikan dengan menyelenggarakan: 1. program percepatan; 2. program khusus; 3.program kelas khusus; 4. program pendidikan khusus.
Demikian juga sejumlah regulasi sejenis dibuat untuk memastikan program CIBI dapat dilaksanakan di jenjang pendidikan selanjutnya (SMP dan SMA).

  1. Kelembagaan
Sesuai dengan konsep keberbakatan dan merealisasikan amanat UU sebagaimana terurai di atas maka secara kelembagaan bentuk penyelenggaraan program layanan keberbakatan dapat dilakukan dalam bentuk :
         Program Pengayaan (Enrichment),
         Program Percepatan (Acceleration),
Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan AB
         Kelas reguler
        Kelas reguler dengan kelompok (cluster)
        Kelas reguler dengan pull out
        Kelas reguler dengan cluster dan pull out

  1. Kurikulum.
Layanan anak berbakat membutuhkan menu spesisial sesuai keberbakatannnya. Oleh karena itu kurikulum berdiferensiasi merupakan kurikulum yang direkomendasikan untuk layanan pendidikan CIBI. Prinsip dasar KB adalah memberikan layanan individual dalam suasana klasikal yang bisa memberikan ruang ekspresi perkembangan keberbakatan siswa. Kurikulum berdiferensiasi memuat pokok-pokok materi kurikulum nasional dan muatan lokal, yang lantas diperkaya dan diperdalam dengan berbagai esensi keberbakatan yang dimiliki setiap siswa. KB juga memberi ruang psikologis untuk mengembangkan semua aspek tumbuhkembang keberbakatan siswa secara komprehensif (social, emosional dan spiritual).

  1. Hambatan
Meskipun sudah direncakanan dan diprogramkan secara baik, dalam kenyataannnya penyelenggaraan pendidikan untuk anak CIBI masih belum bisa terlaksana secara optimla. Hal itu tidak terlepas dari adanya sejumlah hambatan sbb:

  • Social Support yang lemah dan sering tidak konsisten
  • Pemerintah kurang respon terhadap penyelenggaraan pendidikan AB
  • Banyak sumber pembiyaan yg harus ditanggung orang tua murid dan pihak sekolah secara swadaya
  • Beban guru AB menjadi tambah berat tidak dimbangi dengan incentif yang memadai





[1] Naskah disajikan dalam forum Lokakarya – Workshop Pengembangan Pembelajaran CIBI Ditjen PK-LK Kemendikbud di Hotel Sahid Jogyakarta Tanggal 12 – 16 April 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar